Ketika Artis Merambah Politik Praktis
Kamis, 22 April 2010 – 00:53 WIB
:TERKAIT Waktunya perempuan memimpin juga disuarakan oleh Maria Eva. Artis penyanyi yang pernah menggegerkan Senayan karena adegan mesumnya dengan seorang politisi Senayan itu. Kini Eva sedang digadang-gadang sejumlah bandar untuk menjadi wakil walikota di Kota lumpur Sidoarjo, Jawa Timur. Masih di provinsi yang sama, artis bahenol Julia Perez sedang berjuang mendapatkan simpati demi jabatan wakil Bupati di kota kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Pacitan. Sebelumnya, Ayu Azhari juga sudah menjanjal betapa pahitnya bermain api politik, dengan mencalonkan diri sebagai wakil bupati di Sukabumi. Namun nasib Ayu masih belum beruntung. Ia gagal mendapatkan kendaraan politik.
Artis Natalie Sarah mendukung koleganya sesama artis untuk rame-rame berpolitik. "Tetapi sebaiknya mereka harus belajar dan sekolah. Jangan hanya bisa akting, lalu nyalonin jadi Bupati," ungkapnya. "Kita juga malu, kalau ada artis berpolitik, tapi kalau diajak ngomong nggak nyambung. Kan kasihan rakyatnya kalau benar-benar terpilih." Itu sisi negatifnya. Sisi positifnya, kalau artis jadi pejabat tidak ada yang korupsi. "Selama ini kan tidak ada artis pejabat yang korupsi," ujarnya menambahkan.
Artis memang identik dengan popularitas. Namun, jangan lupa, untuk menjadi pejabat publik tidak cukup hanya dengan modal popularitas saja. Selain populer, artis itu juga harus disukai oleh rakyat. Jadi, agar bisa memenangi Pilkada, seorang artis tidak sekadar populer tetapi juga harus disukai. Karena, orang yang disukai inilah yang akan dipilih. "Seorang artis juga harus memiliki bekal ilmu yang cukup. Jika tidak, bisa-bisa diperdaya oleh pejabat dibawahnya," kata Angelina Sondag, selebriti dan juga politisi Senayan ini.