Ketika Bahasa Aceh Masuk Muatan Lokal
Para Pendidik Khawatirkan Bisa PunahSelasa, 14 Desember 2010 – 00:20 WIB
KONDISI mulai menghilangnya pengguna bahasa daerah setempat, ternyata turut memberikan keprihatinan dan kekhawatiran tersendiri bagi para tenaga pendidik atau guru sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Mereka jelas cemas, jika dalam belasan hingga puluhan tahun ke depan, anak-anak asli Aceh ternyata tidak lagi mengenal dan tak memahami bahasa ibunya sendiri.
Kepala Sekolah SMP Negeri 19 Percontohan Banda Aceh, Farida Ibrahim mengungkapkan, sebagian besar anak didiknya saat ini tidak memahami bahasa Aceh. Bahkan dalam mengikuti ektrakurikuler, para siswanya justru sangat tertarik dengan mengikuti English Club. Alhasil, dalam pergaulannya sehari-hari, lanjut Farida—sapaan akrab Farida Ibrahim, anak-anak didiknya cenderung lebih menggunakan bahasa Indonesia melayu dan bahasa inggris.