Ketika Bahasa Indonesia Menjadi Pelajaran Wajib di Sekolah di Australia
Pada kesempatan tersebut, para murid berkesempatan mendemonstrasikan kemampuannya berbahasa Indonesia di depan Dubes RI dan Kepala Sekolah Burgmann Anglican School, Steven Bowers, melalui beragam kegiatan, baik dalam bentuk membaca, menerjemahkan hingga menjawab pertanyaan dalam program interaktif Bahasa Indonesia.
Turut hadir pada pertemuan tersebut adalah Ketua Centre for Defence and Strategic Studies, Australian Defense College, Ian Errington, yang juga fasih berbahasa Indonesia.
Menurut Kepala Sekolah Burgmann Anglican School, alasan utama dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran wajib adalah karena Indonesia merupakan negara besar yang sangat penting dan menjadi tetangga terdekat Australia yang memiliki tingkat dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sementara itu, salah seorang guru Bahasa Indonesia pada sekolah tersebut, yaitu Ade Febiana, yang telah mengajar Bahasa Indonesia di Burgmann Anglican School selama 9 tahun, menjelaskan bahwa total murid-muridnya yang saat ini sedang belajar Bahasa Indonesia berjumlah lebih dari 500 siswa, sedangkan para pengajar Bahasa Indonesia berjumlah dua orang, yakni dirinya dan seorang warga negara Australia.
Atase Pendidikan pada KBRI Canberra, Prof. Ronny Rachman Noor, menyampaikan bahwa pihaknya bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, telah menyediakan tenaga 10 guru bantu Bahasa Indonesia setiap tahun di wilayah Canberra. Tenaga guru bantu tersebut merupakan para mahasiswa yang ditempatkan di sekolah-sekolah Australia.
Dubes Nadjib Kesoema sedang berinteraksi dengan murid-murid BAS.
Prof. Ronny menambahkan bahwa untuk meningkatkan minat siswa mempelajari budaya dan Bahasa Indonesia, KBRI Canberra juga secara rutin memberikan workshop budaya berupa pelatihan musik tradisional dan tari di sekolah-sekolah yang ada pembelajaran Bahasa indonesia.