Ketika Kopassus Turun Tangan Bantu Korban Banjir Jakarta
Sulit Bujuk Warga Tinggalkan Rumah yang TenggelamSejurus kemudian, anggota Kopassus mengisi keranjang-keranjang tersebut dengan nasi bungkus, susu, dan minyak kayu putih. Warga sejatinya meminta air mineral. Sayangnya, saat itu tim Kopassus tidak membawa air mineral. Namun, ada perahu lain yang akan menyusul membawa kebutuhan warga.
Selain menyalurkan bantuan, tim Kopassus membujuk warga yang masih bertahan di rumah untuk mengungsi. Tempat pengungsian di kawasan tersebut berada di Gelanggang Olahraga (GOR) Otista.
Meski jarak lokasi pengungsian itu kurang dari 500 meter dari permukiman, banyak warga yang emoh meninggalkan rumah. Alasan mereka beragam. Sebagian besar masih merasa aman dari banjir. "Sudah biasa ini, Mas," ujar seorang ibu dari balik pagar lantai 2 rumahnya.
Ada pula warga yang urung mengungsi karena memiliki bayi. "Kasihan kalau di tempat pengungsian, penuh," ucap ibu tersebut.
Aneka alasan tersebut tidak menyurutkan semangat personel Kopassus untuk terus membujuk warga. Sebab, risiko bertahan di lokasi itu sangat besar. Apalagi kalau banjir semakin besar. "Kenapa belum mengungsi? Malam ini air bisa naik lagi lho," ucap salah seorang anggota Kopassus kepada warga.
Ucapan tersebut mungkin bukan hanya isapan jempol belaka untuk membujuk warga. Ketinggian air dari luapan Sungai Ciliwung memang terus naik. Apalagi hujan terus mengguyur ibu kota.
Meski begitu, warga bergeming. Mereka yakin banjir tidak akan sampai naik ke lantai 2 atau 3 rumah. Warga Bidara Cina memang telah terbiasa dengan banjir. Karena itu, warga yang mampu secara ekonomi memilih menambah satu atau dua lantai di rumahnya sebagai tempat mengungsi kala banjir datang. "Sudah menjadi strategi warga di sini," ucap Rahmad.
Akhirnya, tidak ada seorang pun warga Gang Setia, Bidara Cina, yang berhasil dipindahkan ke lokasi pengungsian. Meski demikian, misi penyaluran logistik beres. Seluruh nasi bungkus, minyak kayu putih, dan susu di perahu berhasil dibagikan kepada warga.