Ketika Perekonomian Jordania Kehilangan Oksigen Akibat Revolusi Arab
Amphitheater Menyisakan Aktivitas Pekerja KonstruksiSabtu, 05 Maret 2011 – 08:08 WIB
Bahkan, Perdana Menteri (PM) Samir Rifai akhirnya mundur berkat tekanan aksi jalanan yang berlangsung sejak 21 Januari lalu, tak lama setelah Hosni Mubarak tumbang di Mesir. Raja Abdullah II pun menunjuk Marouf al-Bakhit, purnawirawan jenderal yang juga mantan duta besar Jordania untuk Israel dan kepala keamanan nasional, sebagai pengganti. Namun, hal itu tak menyelesaikan masalah.
Kelompok oposisi yang dimotori Front Aksi Islam pimpinan Syekh Hamza Mansour menilai, Al Bakhit yang juga pernah menjadi PM periode 2005?2007 itu merupakan sosok konservatif yang tak reformis. Dalam periode pertama kepemimpinannya, Al Bakhit bahkan dianggap bertanggung jawab atas berbagai kecurangan dalam Pemilu 2007.
Dengan latar belakang seperti itu, oposisi menganggap Al Bakhit tak akan mampu menyelesaikan akar permasalahan sebenarnya yang memicu demonstrasi: inflasi, melambungnya harga bahan-bahan makanan karena pemotongan subsidi, serta pengangguran. Perekonomian Jordania yang tergolong terlemah di antara negara-negara Arab? juga mengalami defisit hingga USD 20 miliar tahun lalu.
Karena itu, aksi jalanan terus berlangsung, terutama selepas salat Jumat. Terakhir sekaligus terbesar terjadi pada 25 Februari lalu yang melibatkan sekitar 6 ribu demonstran. Mereka bahkan mulai menyinggung isu-isu sensitif yang selama ini haram diperbincangkan. Misalnya, pembatasan kekuasaan raja.