Ketika Tiga Presiden dan Satu Wapres Menjadi Supermentor Generasi Muda
Suasana Memanas saat Habibie Klarifikasi Try Sutrisnojpnn.com - Bagaimana jadinya bila tiga presiden dan satu wakil presiden berada dalam satu panggung? Itulah yang terjadi dalam forum Super Mentor di Grand Ballroom XXI Djakarta Theatre, Jakarta Pusat, Minggu malam (17/5). Pasti menarik. Apalagi, empat tokoh itu bergaya bak motivator ulung.
Laporan Ahmad Baidhowi, Jakarta
MALAM itu lebih dari 300 mahasiswa berprestasi dari berbagai universitas di Indonesia menyesaki ballroom, berbaur dengan sejumlah pejabat negara dan perwakilan negara sahabat. Semangat, gembira, dan penuh takjub ditunjukkan anak-anak muda tersebut saat menyimak satu per satu narasumber istimewa yang tampil di panggung.
Dino Patti Djalal, penggagas forum Super Mentor yang biasanya menghadirkan pejabat setingkat menteri, pimpinan bisnis, maupun bupati/wali kota, kali ini mengundang tiga mantan presiden dan satu mantan wakil presiden sekaligus. Mereka adalah B.J. Habibie (presiden ke-3 RI), Susilo Bambang Yudhoyono (presiden ke-6 RI), dan Xanana Gusmao (presiden pertama Timor Leste) serta Try Sutrisno (wakil presiden ke-6 RI).
Layar lebar plus kualitas audiovisual prima standar bioskop papan atas membuat ratusan peserta forum seolah mendapat suguhan tayangan kisah hidup empat sosok negarawan tersebut. Sejak masa kecil, remaja, hingga meraih puncak tertinggi dalam karir mereka. Super Mentor yang sudah memasuki seri keenam itu mengusung tema ”Filosofi Hidup, Resep Sukses, Etos Kerja, dan Ilmu Kepemimpinan”.
Try Sutrisno menjadi pembicara pertama dalam acara yang dimulai pukul 19.00 hingga berakhir 22.00 WIB tersebut. Tepuk tangan langsung bergemuruh saat foto masa kecil pria kelahiran Surabaya, 15 November 1935, itu ditampilkan di layar. Dilanjutkan dengan video singkat perjalanan karirnya.
Usianya kini memang sudah 79 tahun. Tapi, tatapan tajam, suara tegas, dan badan yang masih tegap seolah menjadi ciri mantan panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan wakil presiden periode 1993–1998 itu.
Try membuka presentasi dengan kisah hidupnya. Lahir dari keluarga tentara, Try kecil harus berpindah dari satu kota ke kota lain akibat serbuan Belanda ke Surabaya. Dia pernah tinggal di Sidoarjo, Mojokerto, dan Kediri, terutama saat masih kanak-kanak.