Ketika Yahudi Australia Berubah Pikiran soal Israel, Simak Ceritanya
Kakek dan neneknya, baik dari pihak ayah dan ibunya, melarikan diri dari Nazi Jerman dan Austria pada tahun 1939. Tapi banyak anggota keluarga lainnya yang dibunuh.
"Menyangkut ke-Yahudi-an Antony, penting bagi kami kalau ia harus tahu asal usulnya,” kata ayahnya, Jeffrey Loewenstein, kepada program Compass milik ABC.
"Dan saya kira hal ini juga karena kami memiliki keluarga yang hilang selama Holocaust. Orang tua ayah saya dibawa dengan kereta api ke Auschwitz pada bulan Maret 1943, dan pada hari mereka dieksekusi, saya dilahirkan."
Seperti semua teman dan keluarga Yahudi mereka, Jeffrey dan istrinya Violet menerima Israel sebagai negara penting bagi Yahudi.
"Saya pikir mereka harus melihat konteksnya jika kita memandang Israel pada tahun 1970-an," kata Jeffrey.
"Tidak ada seorang pun yang berbicara tentang orang-orang Palestina selain sebagai teroris. Dan mereka melakukan hal-hal buruk. Pembantaian di Munich, misalnya. Dan Anda harus melihatnya dalam konteks, dalam komunitas Yahudi yang lebih luas di Melbourne, yang merupakan komunitas Yahudi terbesar di dunia, juga sebagai komunitas penyintas Holocaust di luar Israel."
Namun Antony Loewenstein mempertanyakan apa yang dianggapnya sebagai Zionisme yang "tidak berpikir". Setelah melakukan perjalanan ke Israel untuk pertama kalinya di awal usia 20-an, ia menulis buku pertamanya My Israel Question, yang mengkritik penjajahan wilayah Palestina dan pengaruh lobi pro-Israel di Australia dan secara global.
Buku tersebut menjadi buku terlaris namun membuatnya menjadi paria di komunitas Yahudi Australia. Satu-satunya anggota parlemen Yahudi di Australia, Michael Danby, menyerukan agar buku tersebut ditarik dari peredaran.