Ketum Patria Gustaf Soroti Keputusan Airlangga Mundur dari Ketua Umum Golkar
“Jadi, Patria meminta Golkar untuk menjelaskan alasan Airlangga mundur,” ujar Gustaf.
Lebih lanjut, Gustaf juga menyebutkan Partai Golkar sebagai partai yang kokoh, dewasa dan modern justru mengalami situasi yang semestinya tidak dilakukan oleh ketua umumnya.
“Partai Golkar yang kokoh dan modern, kok ketua umum begitu mudahnya mengundurkan diri. Ini menjadi peristiwa pertama dalam sejarah partai Golkar," ujar Gustaf.
Gusfaf yang juga Alumnus Ilmu Politik Pascasarjana Universitas Indonesia ini melihat fenomena Golkar saat ini mengingatkan bahwa demokrasi Indonesia karena pertanggungjawaban pemimpin partai politik tidak lagi melalui mekanisme organsiasi Munas, tetapi memilih sikap mengundurkan diri.
“Ini dapat menimbulkan spekulasi publik dan menodai proses demokrasi,” ujar Gustaf.
Meski begitu, Gustaf mengapresiasi langkah DPP Partai Golkar yang menggelar rapat pleno yang menetapkan Pelaksana Tugas (Plt) Ketum Golkar.
Terpisah, Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus SH berpendapat sebagai partai politik besar, kuat dan modern, Golkar tidak boleh menjadi alat permainan kekuasaan yang bersifat pragmatis oleh siapa pun juga, termasuk oleh pihak eksternal, yaitu Presiden Jokowi sekalipun.
"Oleh karena itu, meskipun Airlangga Hartato sudah mengajukan permintaan pengunduran diri secara tertulis kepada DPP Partai Golkar bahkan sudah membacakannya, DPP Partai Golkar memiliki wewenang untuk 'mengabulkan atau menolak' permintaan pengunduran diri dimaksud," kata Petrus Selestinus di Jakarta, Senin (12/8/2024).(fri/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!