Keuntungan Besar Melayang, Kerja Sama Terhambat
Minggu, 12 Juni 2011 – 14:29 WIB
Pada 1971-2000 pertumbuhan ekonomi rata-rata di dunia Arab menunjukkan catatan negatif. Misalnya, pendapatan nasional per kapita negara-negara Teluk saat itu hanya berkisar 2,8 persen per tahun. Namun, secara kasat mata negara-negara penghasil minyak itu terlihat mentereng. Para pejabatnya kaya raya. Bangunan mewah pun menghiasi ibu kota dan kota-kota besar di wilayah mereka. Sayang, kemakmuran itu tidak merata dan hanya dinikmati segelintir orang.
"Ini disebabkan kebiasaan rezim penguasa di Timur Tengah tak punya pemahaman yang baik tentang demokrasi. Mereka cenderung memperkaya diri sendiri dan tidak peduli pada kebutuhan rakyat," ungkap Kadri.
Fenomena itu pula yang terjadi di Mesir dalam tiga tahun terakhir. Didukung militer, Mubarak menerapkan kebijakan yang membuat para petinggi angkatan bersenjata makin memuja dia. Betapa tidak, Mubarak mengizinkan para jenderal terjun ke dunia bisnis.