Khawatir Bahasa Etnik Punah, LIPI Terbitkan Kamus Bahasa Minoritas
Di Pulau Alor, Ada Bahasa yang Tinggal Seorang PenuturnyaSabtu, 05 Januari 2013 – 12:54 WIB
Dalam penelitian itu, tim mewawancarai para penutur bahasa lokal tersebut. Terutama para tetua masyarakat, para guru, dan tokoh agama. Tim mengumpulkan satu demi satu kosakata bahasa "asing" dari para penutur itu.
"Tidak seperti di Jawa, masyarakat Indonesia Timur lebih banyak yang bisa berbahasa Indonesia. Sebab, bahasa di sana lebih beragam sehingga membutuhkan bahasa pemersatu," ujar ahli peneliti utama di LIPI itu.
Menurut Patji, biasanya bahasa etnik terancam punah karena adanya para pendatang. Bahasa Kafoa di Dusun Lola, misalnya, kini banyak berbaur dengan bahasa pendatang dari wilayah lain. Di Dusun Lola, bahasa Kafoa tinggal dituturkan oleh sesepuh adat dan orang dewasa di internal keluarga. Para pendatang menganggap bahasa Kafoa sulit dipahami karena memiliki struktur kalimat subjek-objek-predikat .
Itu berbeda dengan bahasa rumpun Austronesia yang umumnya memiliki konstruksi subjek-predikat-objek. Karena itu, para pendatang di Dusun Lola lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan keseharian daripada bahasa Kafoa.