Kiai Imam Sebut Efek Arahan PBNU ke Paslon 02 Cuma Nol Koma, Nahdiyin Tetap Pilih AMIN
Saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berpasangan dengan Jusuf Kalla menantang capres petahanan Megawati Soekarnoputri.
Kiai Imam menjelaskan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut berpasangan dengan K.H. Hasyim Muzadi yang saat itu ketua umum PBNU.
Menurut Kiai Imam, ketika itu Mega-Hasyim tidak hanya diusung PDIP yang dikenal sebagai partai besar, tetapi juga juga disokong NU struktural.
“PBNU mengeklaim umatnya 100 juta dengan Pak Hasyim sebagai pimpinannya. Semua perangkat NU struktural sudah dikerahkan untuk pemenangan, tetapi apa hasilnya? Mega-Hasyim kalah,” imbuh Kiai Imam.
Selain itu, Kiai Imam juga berkomunikasi dengan sejumlah tokoh lembaga survei nasional untuk mengetahui efek arahan PBNU tentang dukungan untuk Prabowo-Gibran.
Ternyata, kata alumnus Ponpes Lirboyo Kediri itu, tidak ada perubahan angka signifikan yang membedakan dukungan antara sebelum dan sesudah adanya arahan PBNU.
Kiai Imam memperkuat argumennya dengan elektabilitas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Menurut Kiai Imam, selama ini Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholol Staquf berupaya menjauhkan nahdiyin dari partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu.
“Meksipun PBNU di bawah Gus Yahya ini melakukan berbagai cara untuk menjauhkan warga NU kultural dari PKB dengan alasan politik kebangsaan, netralitas, dan macam-macam alasannya, kenyataannya PKB justru makin besar,” ucapnya.