Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kiai Migas

Oleh Dahlan Iskan

Kamis, 06 Februari 2020 – 07:37 WIB
Kiai Migas - JPNN.COM
Foto: disway.id

jpnn.com - Dari Lombok saya langsung ke Tebuireng, Jombang. Kemarin. Itu sudah hari ketiga sejak KH Salahuddin Wahid meninggal dunia di Jakarta.

Di gerbang pondok pesantren itu saya disambut Gus Irfan. Beliau adalah salah satu dari 12 cucu KH Hasyim Asy'ari yang masih ada.

KH Hasyim Asy'ari adalah pendiri Tebu Ireng. Beliaulah ayah Menteri Agama KH Wahid Hasyim. Beliaulah kakek Presiden Abdurrahman Wahid.

Baca Juga:

"Mungkin karena sudah empat bulan tidak ketemu sehingga DI's Way menulis cucu Kiai Hasyim Asy'ari sudah habis. Saya tertawa," ujar Gus Irfan.

Saya tahu DI's Way telah membunuh 12 cucu yang masih ada itu --tanpa menguburkannya.

Empat bulan yang lalu --dan bulan-bulan sebelumnya-- saya memang runtang-runtung dengan Gus Irfan. Termasuk bermobil bersama jalan darat dari Jakarta ke Surabaya.

Saya pun, dulu, sering bertemu ayah beliau: KH Yusuf Hasyim. Gus Irfan tidak pernah mau tampil menjadi kiai utama Tebuireng.

KH Yusuf Hasyim, ayah Gus Irfan, memang pernah menjadi kiai utama di pondok itu. Namun anaknya tidak harus otomatis menjadi pengganti sang ayah.

Gus Sholah harus masuk RS lagi. Diketahuilah banyak cairan di jantung beliau. Cairan itu lantas disedot. Mencapai 500 mililiter.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News