Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kini, Alunan Ngaji para Santri tak Lagi Diganggu Suara Keras Dangdut Koplo

Kamis, 28 Mei 2015 – 05:28 WIB
Kini, Alunan Ngaji para Santri tak Lagi Diganggu Suara Keras Dangdut Koplo - JPNN.COM
Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos

Karena ruang untuk mengaji terbilang sempit, ada tiga sifkelas. Dengan cara itu, 100 anak bisa tertampung. ”Jauharotul Hikmah ini tidak cukup besar untuk menampung anak-anak mengaji bersamaan,” ujar Muhammad Rofi’ Uddin, salah seorang pendiri pesantren.

Dia menyatakan, pendirian pesantren di tengah lokalisasi tidak lepas dari pro-kontra warga. Banyak sekali warga yang menuduh pesantren tersebut merupakan bagian dari teroris dan label buruk lain. Tetapi, pesantren itu terus bertahan. Bahkan, semakin besar dan semakin banyak santri yang mendaftar.

”Sebenarnya masih banyak orang tua baik yang hidup di lingkungan lokalisasi. Meski banyak orang tua yang nakal, mereka tetap menyuruh anaknya mengaji,” ungkap anak kedua H Mohammad Umar Abdul Azis, pendiri Masjid Baitul Hidayah dan Sekolah Bahrul Ulum, yang merupakan cikal bakal pesantren tersebut.

Sepeninggal sang ayah, Rofi’ bersama saudaranya, Mochamad Nu’man dan Mochamad Qomaruddin, mengembangkan lembaga dakwah tersebut.

Rofi’ yang pernah enam tahun nyantri di Ponpes Gontor itu menceritakan masa lokalisasi sedang jaya-jayanya. Setiap hari dari rumah-rumah di sekeliling pesantren tersebut terdengar lagu-lagu dangdut koplo yang memekakkan gendang telinga.

Sedangkan di pesantren, para santri tetap kukuh menahan kerasnya suara karaoke dan tawa canda dengan mengalunkan tiap bait ayat suci Alquran.

Jadilah perang antara hebohnya karaoke dan suara lantang anak-anak mengaji. ”Yang membuat gembira, anak-anak makin lama makin giat ngaji. Rupanya mereka terbiasa dengan keadaan seperti itu,” kata Rofi’.

Namanya anak-anak, ada kalanya bocah yang masih polos itu mengaji sambil bercanda. "Kadang disambung-sambung ngajinya dengan lagu dangdut karena karaokeannya memenuhi kampung,” ungkap suami Noer Endah itu, lantas terkekeh.

KAWASAN Putat Jaya berubah sejak 18 Juni tahun lalu. Sejak lokalisasi ditutup Pemkot Surabaya, tampilan Putat Jaya layaknya kampung pada umumnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close