Kisah 13 Pembaca Alquran Rutan Kelas I Surabaya
Anggap Bukan Penjara, tapi Pondok PesantrenSebagai langkah awal, mereka berupaya memakmurkan Masjid Al Husna. Caranya banyak mengadakan kegiatan, seperti tadarus dan kuliah tujuh menit (kultum). Karena itu, bisa dibilang mereka adalah takmir masjid.
Selama Ramadan, suasana islami bertambah kental. Setiap hari ada dua jadwal mengaji di dalam rutan. Yakni, pukul 13.00 hingga 15.00 dan usai tarawih sampai pukul 22.00.
Hingga pekan kedua Ramadan ini, mereka sudah khatam Alquran empat kali. Bahkan, setiap pagi pukul 08.00, mereka mengajarkan tajwid dan membaca Alquran bagi para penghuni.
Abdullah menuturkan, setiap hari setidaknya ada 200 orang tahanan yang memadati masjid untuk belajar. Selain itu, mereka mengajak para penghuni untuk salat Tarawih berjamaah.
Setiap pekan pada Kamis, ada pembacaan Yasin dan tahlil. Bahkan, sebagai sarana hiburan, mereka juga bermain rebana.
Berbagai acara itu sebenarnya tidak hanya berlangsung selama Ramadan. Di luar bulan puasa, acara keagamaan juga sering dilaksanakan. Misalnya, saat acara peringatan hari besar Islam.
Abdullah mengungkapkan, mengaji Alquran adalah kewajiban utama timnya. Upaya mendaras ayat-ayat suci itu bertujuan mulia. ’’Biar menjadi lebih baik, tidak dicap orang jahat terus,” katanya.
Pria penghuni blok A16 itu berharap, dengan bekal agama, selepas menjalani hukuman, para napi bisa kembali diterima masyarakat. Paling tidak, dia ingin para tahanan bisa membimbing keluarga, tetangga, atau bahkan warga di tempatnya kembali nanti.