Kisah Andini, si Gadis Tangguh Merawat Ibu dan Dua Adiknya
"Masuklah. Di dalam rumah sajo (saja)," ucap Reini. Tak ada ruang-ruang seperti kamar tidur, dapur, maupun kamar mandi di rumah itu. Hanya ada sebuah sekatan kecil, yang diisi tumpukan pakaian, kasur, serta bantuan sembako seperti beras, mi instan, susu, dan lainnya.
Untuk tempat memasaknya, juga terhubung langsung dengan ruang tengah. Ada kompor, gas 3 kilogram, rak piring, dan peralatan masak seadanya.
"Dulu rumahnya cuma yang ini aja (menunjuk ruang tengah berukuran sekitar 3x3 meter). Tapi sekitar sebulan yang lalu, baru ditambah ke belakang (sekitar 2 meter ke belakang). Dibuatkan orang. Di sinilah buat dapur. Listrik dan kamar mandi (di belakang rumah) juga baru sebulan lalu dibuat," sebut Reini.
Di rumah inilah Andini beserta almarhum ibunya, Ijaz, dan kedua adiknya tinggal. Ibu Andini meninggal dunia di usia 40 tahun, Jumat (4/1) pekan lalu.
Saat tengah berbincang, Ratu yang berada di tangan Andini seketika menangis. Andini berdiri sambil menggendong dan mencoba mendiamkan adiknya itu. Kedua tangannya tampak kokoh, tak gemetar sedikitpun. Sebab, Andini sudah terbiasa melakukannya.
Ratu tak juga diam. Selanjutnya, dengan sigap Andini langsung memasukkan adiknya itu ke ayunan yang terbuat dari kain sarung warna ungu. Ayunan itu dikaitkan pada sebuah besi di dalam rumah, tepatnya di depan jendela.
Ratu sudah di ayunan. Andini pun langsung memasukkan dot botol susunya. Tujuannya, agar Ratu tertidur. Sambil menarik pelan kain sarung itu, Andini bercerita kalau peran sebagai ibu, sudah dilakoninya sejak perempuan yang melahirkannya itu menderita sakit Tuberculosis (TBC). Tepatnya setahun yang lalu.
Sebelum mengurus keluarganya, Andini pernah bersekolah. Ia duduk di kelas VII SMP Negeri 3 Kerumutan. Saat menimba ilmu, ia tinggal terpisah dari ibunya. Andini tinggal di rumah saudara karena jarak sekolah yang jauh dari rumah. "Harusnya sekarang naik kelas 2 SMP," sebutnya.