Kisah Anggota KPPS Meninggal Dunia, Mirip yang Ditonton Istri di TV
jpnn.com - Para anggota KPPS yang berusia lebih dari setengah abad pun harus siap bekerja lebih dari 24 jam, tidak sedikit yang meninggal dunia. Beban anggota KPPS di Pemilu 2019 sungguh berat karena harus bekerja lebih dari 24 jam, tidak sedikit yang meninggal dunia.
R. AUFAR DHANI, Surabaya-M. RIDWAN, Balikpapan-SYUKRI D.A.,Pekanbaru
TRI Yuli melirik jam tangan. Tengah malam telah lewat. Tubuh ibu tiga anak itu sudah demikian penat. Begitu merindukan tempat tidur.
Maklum, telah 17–18 jam dia bekerja. Sejak Rabu pagi (17/4), sekitar pukul 06.30 Wita.
Namun, usulan untuk beristirahat dulu dari perempuan yang berusia lebih dari setengah abad itu ditolak pengawas. Penghitungan suara di TPS 24 Kelurahan Gunung Sari Ilir, Kecamatan Balikpapan Tengah, Balikpapan, Kalimantan Timur, harus diteruskan sampai selesai.
Pada Kamis dini hari lalu itu (18/4), terpaksalah Tri yang sehari-hari menjadi guru ngaji melawan kepenatan. Apalagi, dia ketua kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) di TPS tersebut.
Kopi hitam dari gelas kesekian pun dia tenggak. Padahal, itu bukan minuman yang dia akrabi. ”Rasanya asem. Tapi, supaya bisa tetap melek, ya mau bagaimana lagi,” ujar dia kepada Kaltim Post (Jawa Pos Group) yang menemuinya di rumahnya, Jumat (19/4).
BACA JUGA: Anggota KPPS Meninggal Dunia Usai Antar Kotak Suara ke Kelurahan
Karena pilpres dan pileg dihelat serentak, beban yang dipikul semua petugas di bilik-bilik suara Pemilu 2019 memang demikian berat. Mulai pencoblosan; penghitungan; rekapitulasi suara untuk pemilihan presiden serta anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan DPD; hingga penyetoran kepada panitia pemilihan kecamatan.