Kisah Bocah Iraq Masuk ISIS demi Terlihat Keren
jpnn.com - Jabar, bukan nama sebenarnya, sungguh menyesali keputusannya Juni 2017 lalu. Kala itu dia bergabung dengan militan Islamic State (IS) alias ISIS.
Dia tak tertarik dengan ideologi militan sadis itu. Dia tak paham. Jabar yang kala itu masih berusia 16 tahun bergabung demi status sosial saja.
"Semua orang akan melihatmu. Kamu bakal merasa berkuasa ketika melangkah di jalanan dengan membawa senjata," ujarnya saat diwawancarai Human Right Watch (HRW).
Mayoritas teman Jabar juga bergabung. Jadi, baginya itu menyenangkan. Dia dilatih selama 15 hari, tapi tak pernah diajari menembak. Tahu-tahu dia diberi Kalashnikov.
BACA JUGA: Dituduh Terlibat ISIS, Ribuan Anak Disiksa di Penjara Iraq
Tugas Jabar bukan di garis depan. Dia hanya dijadikan sopir untuk mengirim air dan mendapat bayaran 60 ribu dinar per bulan atau setara Rp 709 ribu. Ketika pasukan koalisi menyerang ISIS di Hawija pada September 2017, Jabar melarikan diri.
Pengalaman selama tiga bulan bersama ISIS itu akhirnya mengantarkannya ke pusat detensi di Iraq bersama dengan ribuan remaja lainnya.
Berdasar laporan HRW berjudul Everyone Needs to Confess: Abuses against Children Suspected of ISIS Affiliation in Iraq, pada akhir 2018 diperkirakan ada sekitar 1.500 anak-anak yang ditahan di pusat detensi Kurdi dan pemerintah Iraq.