Kisah Bu Johan, Penyelam dalam Operasi Lion Air JT610
jpnn.com, JAKARTA - Wajah ibu dua anak itu tak tampak lelah meski baru saja seharian ikut membantu tim evakuasi korban Lion Air PK-LQP penerbangan JT610 di perairan Karawang, Jawa Barat.
Johan P. Majabubun namanya. Dia satu-satunya perempuan di antara tujuh penyelam yang baru turun dari kapal SAR Sadewa Sabtu (3/11) malam, sekitar pukul 19.00, di Dermaga JICT II. ”Aku terbiasa dikelilingi laki-laki. Hobi olahraga ya basket, di tempat kerja banyak laki-lakinya juga,” kata Johan (baca: Yohan), lantas tersenyum.
Selain sebagai anggota Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI), dia menjadi instruktur di Jakarta Offshore Training Center. Itu adalah perusahaan pelatihan keselamatan kerja untuk bidang usaha di lepas pantai.
Meski sudah bertahun-tahun menjadi instruktur, pengalaman dalam rescue mengevakuasi korban kecelakaan pesawat baru kali ini dia ikuti. ”Saya sedih melihat kondisi korban dan membayangkan bagaimana perasaan keluarga yang ditinggalkan,” tutur perempuan yang tinggal di Depok, Jawa Barat itu.
Yang ditemui Johan sepanjang evakuasi adalah serpihan-serpihan tubuh korban. Hampir semuanya tidak utuh lagi. Mulai tangan, dada, hingga daging yang tercecer.
Sering juga dia menemukan usus yang terburai. ’’Ada juga tulang yang sudah melunak seperti dipresto. Kalau diangkat rapuh,” ungkap Johan.
Dia memang lebih sering berurusan dengan mayat korban daripada puing. Sebab, untuk urusan puing, sudah banyak yang mengambil.
Biasanya temuan serpihan tubuh korban itu dimasukkan ke jaring khusus. Sebelumnya, dia diberi kantong mayat. Tapi, karena malah berat saat diangkat lantaran terisi air, dia bersama timnya berinisiatif untuk menggantinya dengan jaring khusus yang rapat.