Kisah Donwori: Tak Ada Motor Matic, Abang Dibuang
jpnn.com - Namanya perempuan. Kadang isi pikirannya hanya materi. Pepatah tak ada sepeda abang dibuang, eh ada sepeda abang disayang, benar-benar terjadi. Pepatah ini cocok dengan penundaaan gugatan cerai yang diajukan Sephia,39, (samaran) kepada suaminya Donwori,40. Wanita asal Kelurahan Sidosermo, Kecamatan Wonocolo ini berseteru hingga mengajukan gugatan cerai karena Donwori tak membeli sepeda motor matic yang diimpikan sejak lama.
“Aku iki asline mangkel (itu aslinya marah, Red)sama Mas Donwori karena aku ingin motor matic itu dari sebelum lebaran, tapi kok baru dibelikan sekarang,” kata Sephia.
Karena itu, begitu Donwori naik sepeda motor matic ketika akan melangsungkan sidang cerai yang kedua, dua hari sebelumnya, Sephia langsung berangkat ke Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Senin (11/4) pagi untuk membatalkan gugatan cerainya.
Dengan semangat 45, Sephia yang diantar adiknya langsung turun di depan parkir PA, lalu menuju ke ruang penarikan berkas gugatan PA. Dia begitu ingin cepat menarik gugatan cerai dan kembali ke pelukan suami yang sudah dinikahi dua puluh tahun lalu itu.
Sephia mengungkapkan, sangat ingin kembali dengan suaminya karena ingin naik sepeda motor matic yang baru dibeli Donwori. Sephia sejak dulu ingin pamer sepeda motor matic ketika bersilaturahmi kepada saudara-saudaranya.
Maklum, penghasilan Donwori yang bekerja sebagai tukang sapu tidak cukup untuk membeli sepada motor matic. Donwori pun masih mempertahankan sepeda jadulnya karena memiliki riwayat hidup. Sepeda motor itu adalah modal utama Donwori pergi ke sana ke mari untuk menyapu jalan.
“Jare bojoku sepeda iku (kata suamiku sepeda itu, Red) aman. Tidak ada yang nyuri walau di-gledak-kan di tengah jalan,” kata ibu tiga anak ini.
Tapi, Sephia mengaku gengsi memakai sepeda motor jadul itu. Apalagi, ketika mengantar anaknya ke sekolah. Karena itu, sejak lima tahun terakhir ini Karin begitu memaksakan kehendak supaya Donwori bisa membelikan sepeda motor matic.