Kisah Dua Kowal Cantik yang Terpilih Jadi Pilot Perempuan TNI-AL
’’Kami sudah biasa melakukan itu, tapi pada simulator,’’ ucap perempuan kelahiran Banyuwangi itu Tentu ada perbedaan jauh.
Di simulator, risiko yang ditanggung sangat ringan. Dua tangan sudah melekat di panel dan stik. Tami lalu meletakkan dua kakinya di dua pedal di bawahnya. Pedal itu bertujuan mengendalikan keseimbangan helikopter agar tidak goyang.
’’Jantung semakin berdebar setelah saya berada di posisi siap terbang,’’ katanya. Perlahan, tangan kirinya menarik panel pengendali ketinggian pesawat. Tami melihat pesawat yang ditumpangi bergerak naik.
Ayunan mulai terjadi. Dia berusaha menyeimbangkan pesawat itu dengan menekan pedal di kakinya. ’’Setelah tenang, panel saya tarik dan helikopter semakin naik,’’ ungkapnya.
Pesawat pun semakin tinggi. Setelah berada di posisi 5 meter dari permukaan tanah, Tami mulai menggerakkan tongkat di tangan kanannya ke depan. Helikopter itu pun terbang ke depan.
’’Saya semakin fokus, konsentrasi, tidak boleh lengah,’’ kata perempuan yang hobi olahraga lari itu. Dua tangan dan kakinya fokus mengendalikan pesawat tersebut.
Saat angin kencang, kaki harus bisa mengatur pedal agar helikopter tetap seimbang. Begitu juga tangan kanan, tidak boleh terlalu kencang menggeser tongkat. Semua harus dilakukan pelan-pelan agar terbang bisa nyaman. ’’Keringat terus keluar karena menahan rasa takut,’’ paparnya.
Tidak lebih dari 5 menit sejak helikopter lepas dari landasan, Tami mulai sedikit lega. Dia bisa menguasai keadaan. Tami justru semakin penasaran. ’’Saya mengitari lapangan latihan dengan helikopter tersebut. Ada rasa puas dan bangga,’’ ucapnya.