Kisah Haru Jessica, Relawan Piala Dunia 2018 Asal Cimahi
Dia ingat betul ketika itu menjalani wawancara langsung dengan pihak FIFA pada 22 November 2016 pukul 20.00 WIB. ”Saya pilih jam 8 malam karena waktu itu masih bekerja. Sekalian juga agar jadwal yang di sana (Eropa) tidak terlalu malam,” ujar karyawan salah satu perusahaan distributor obat dan makanan itu.
Wawancara selama 40 menit via Skype dilakoni apa adanya. Bahkan, saat ditanya mengapa memilih menjadi relawan event sepak bola, Jessica menjawab bahwa dirinya hanya ingin menjadi relawan. Bukan tertarik dengan sepak bolanya.
Dia mengatakan, menjadi relawan adalah salah satu ketertarikannya, dengan tidak memilih posisi. ”Makanya, saya kaget juga kenapa kepilih. Waktu itu bilang emang enggak suka bola. Tapi, pertanyaan-pertanyaan lain memang lebih mengarah ke personality,” ungkapnya.
Meski begitu, Jessica saat ini mulai belajar sedikit tentang sepak bola dan sejarah Piala Dunia melalui video online training yang dikirim FIFA. Mulai sejarah pertama Piala Dunia, nama-nama pemain legenda Rusia, termasuk sejarah stadion tempat perhelatan Piala Dunia nanti.
Jessica juga sudah mendapat kepastian akan ditugaskan di Kota Nizhny Novgorod. Stadion dengan kapasitas 45 ribu penonton itu mendapat kesempatan menghelat empat jadwal pertandingan, salah satunya adalah Argentina vs Kroasia.
”Saya juga sudah dikasih panduan. Kalau jadi relawan, yang harus dilakuin itu ini, ini, ini. Larangannya juga ini, ini, ini. Semua dikasih via e-mail," ujarnya.
Setelah memastikan terpilih, Jessica juga mengetahui bahwa panitia FIFA hanya menanggung biaya hidup relawan saat berada di Rusia. Lebih spesifik lagi, FIFA hanya menanggung tempat tinggal dan makan selama relawan itu bekerja.
Artinya, saat mendapat sif kerja pagi, Jessica hanya mendapat jatah makan pagi. Jessica harus mencari biaya sendiri mulai tiket pesawat Rusia-Indonesia pergi pulang hingga biaya makan di luar sif kerja. ”Total biaya yang saya butuhkan sekitar Rp 49 juta. Kalau biaya sendiri, mana mungkin,” sambungnya.