Kisah Haru Seorang Mualaf, Memutuskan Masuk Islam Setelah...
jpnn.com - SENYUM pria yang telah beruban itu tampak semringah. Uban di kepalanya terlihat nyembul di sisi kupingnya. Sedang sebagian lainnya tertutup dengan peci putih. Di balik senyuman, mata pria itu tampak berkaca-kaca. Sesekali ia merapatkan kedua bibirnya, lalu menghela napas panjang.
Puluhan orang yang berada di depan pria itu juga ikut terhanyut dalam suasana haru. Mata mereka berkaca-kaca. Bahkan ada yang sesekali sesenggukan. Karena tak lagi kuat membendung air matanya.
Suasana di Gedung ACC Kabupaten Sorong diselimuti keharuan. Puluhan tamu tampak kompak dengan busana serba putih. Di dalam gedung berukuran luas itu suara seorang pria terdengar menggema. Menyebar ke isi gedung ACC.
Mendengar cerita pria itu, para tamu tampak terhanyut dalam suasana. Kagum dan haru. Bercampur. Hingga membuat hati terkoyak, dan menitikkan air mata.
Pria tersebut adalah Muhammad Rahmatullah. Ia bukan tokoh agama. Ia juga bukan tokoh intelektual. Tapi dia seorang muallaf. Kisah perjalanan hidupnya membuat para tamu di gedung itu terhanyut dalam keharuan.
Berawal dari keingintahuannya akan agama-agama, Rahmatullah akhirnya tertarik dengan agama Islam. Ia lalu mempelajari Islam. Dari cara salat, bacaan hingga isi alquran. Ia tak dituntun oleh siapapun. Melainkan hanya belajar melalui komputer.
Dari komputer ia menemukan secercah cahaya. Cahaya yang menuntunnya menuju agama Islam. “Setelah mengetahui isi alquran saya memutuskan untuk masuk Islam,” kata Rahmatullah kepada Radar Sorong.
Tak mudah bagi Rahmatullah untuk meninggalkan agama yang dianut sebelumnya. Agama yang dianutnya sejak lahir. Namun, seperti air yang mengalir. Kian hari keingintahuan Rahmatullah akan Islam dan alquran semakin besar. Seperti telah menemukan danau. Rahmatullah yang telah yakin dengan isi alquran, memutuskan untuk menjadi seorang muslim. “Saya masuk islam tanpa dorongan dan saya belajar sendiri,” ungkap pria berusia 59 tahun ini.