Kisah Hidup Transgender, Dulu Bernama Amalia, Sekarang Menjadi Pria dengan Nama Amar Al-Fikar
Banyak waktunya dia habiskan di perpustakaan. Lewat berbagai buku, dia bertemu dengan cakrawala baru, tentang keberagaman gender, identitas seksual, dan juga Islam.
“Saya nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada saya. Hingga pada saat kuliah, wawasan saya semakin terbuka. Saya membaca buku tentang keberagaman, gender, Islam, identitas, seksualitas. Dan di situ saya menemukan muaranya,” beber Amar.
Berbagai buku dan wawasan baru membuatnya tak lagi ingin berlari dari pertanyaanya. Rasa ingin tahu untuk menemukan dirinya, semakin membuncah.
Di tanah suci, tahun 2012, dia menitipkan keresahannya, melangitkan doanya, meminta agar Tuhan memberi petunjuk tentang pertanyaanya, tentang identitas dirinya.
Mencari Bantuan Psikolog
Doanya dihijabah. Amar memberanikan diri mencari psikolog. Lantaran psikolog di kota asalnya terbatas, Amar memutuskan pergi ke Semarang hingga Jogjakarta.
Menemukan psikolog tak semudah membalik telapak tangan bagi sosok seperti Amar. Butuh dua tahun untuk mencari bantuan yang memberikan bimbingan bagi pertanyaanya.
Sejumlah psikolog justru membuatnya semakin tersesat. Hingga di 2016 dia menemukan bantuan atas masalahnya.