Kisah Ibu Tua Berupaya Sembuhkan Dua Putranya dari Jerat Narkoba
Sejak saat itu, makanan apa pun terasa tidak nikmat bagi Sulastri. Apalagi, ketika mengorek informasi dari Hamzah, dia mendapat keterangan bahwa anaknya tersebut akrab dengan sabu-sabu sejak dua tahun sebelumnya. Hati Sulastri semakin hancur begitu Hamzah menyebut adiknya, Budianto, juga pemakai sabu-sabu. Budianto adalah anak kelima Sulastri.
Kenyataan pahit itu tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Sulastri. Dia tidak menduga dua anaknya begitu akrab dengan narkoba. Sebab, perilaku keduanya selama ini sangat baik dan sopan.
Apalagi, Hamzah dan Budianto aktif berolahraga, terutama pencak silat. Dengan kegiatannya itu, pikir Sulastri, mustahil dua anak tersebut bisa berdekatan dengan narkoba.
”Sejak saat itu, begitu mendengar berita tentang kasus narkoba di televisi, badan saya selalu gemetar. Saya dihantui ketakutan anak saya ditangkap polisi,” akunya.
Sulastri juga takut kalau tetangganya mengetahui apa yang terjadi dengan dua anaknya itu. Selama ini keluarganya menjadi panutan para tetangga. Apalagi, Sulastri juga tercatat sebagai pengajar di salah satu sekolah di kawasan Surabaya Utara.
Di tengah ketakutan tersebut, Sulastri berusaha mencari cara untuk menyembuhkan dua anaknya. Sulastri lalu mengontrol ketat aktivitas dua anaknya. Bahkan, hampir setiap hari dia menyuapi Hamzah dan Budianto layaknya balita.
Beragam kata motivasi tidak pernah putus dibisikkan kepada dua buah hatinya itu. ”Kalau tidur juga saya keloni seperti bayi,” sebutnya. Khusus Hamzah, Sulastri masih memberi kebebasan untuk bercengkerama dengan anak dan istrinya.
Sulastri juga memenuhi segala keperluan Hamzah dan Budianto. Bahkan, hampir setiap hari, Hamzah diberi uang Rp 20 ribu–Rp 100 ribu.