Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kisah-Kisah Pemilik Resto Khas Indonesia di Berlin (2-Habis)

Daun Salam dan Kunyit Impor dari Indonesia, Sulit Cari Keluak

Rabu, 17 Juni 2015 – 01:32 WIB
Kisah-Kisah Pemilik Resto Khas Indonesia di Berlin (2-Habis) - JPNN.COM
RASA ASLI: Dari kiri, Lusiana Goering, Agus Deryana, dan Michael Goering di Restoran Mabuhay, Berlin, Jerman. Mereka mempertahankan bisnis kuliner Indonesia.(Diar Candra/Jawa Pos)

Sementara itu, pemiliki Restoran Tuk Tuk Ronald Christian menuturkan, bumbu yang paling susah didapatkan adalah keluak, bumbu utama rawon. Karena rawon termasuk menu yang laris, Ronald pun mati-matian mencari keluak.

’’Harga keluak di Eropa ini sangat fantastis. Satu kilogram keluak 8–9 euro. Kalau dirupiahkan, sekitar Rp 120 ribu. Bandingkan dengan di Indonesia, sekilo keluak sekitar Rp 16 ribu,’’ ucapnya.

Belum lagi, tidak setiap hari keluak itu ada. Karena itu, ketika menemukan keluak di grosir bumbu Asia, Ronald biasanya membeli langsung 10–15 kilogram. Apesnya lagi, pasar grosir Berlin tidak selengkap Amsterdam sehingga menu rawon di Tuk Tuk tidak selalu ada. Dengan situasi tersebut, akhirnya Ronald sering blusukan mencari keluak di Amsterdam.

’’Bumbu Asia di Berlin ini tidak lengkap. Importer sering kalah bersaing mendapat pasokan dari yang di Amsterdam. Lagi pula, komunitas Indonesia di Amsterdam jauh lebih banyak daripada di Berlin,’’ jelas Ronald. (*/c5/end)

Berbagai cara dilakukan para pemilik dapur restoran khas Indonesia di Berlin untuk menjaga cita rasa aslinya. Ada yang memilih menyetok persediaan

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close