Kisah-Kisah Pemilik Resto Khas Indonesia di Berlin (2-Habis)
Daun Salam dan Kunyit Impor dari Indonesia, Sulit Cari Keluak’’Paling kalau ditanya kenapa bawa bumbu masakan sangat banyak ke Berlin, ya saya jawab untuk bahan masakan. Saya juga akan jelaskan bahwa saya adalah koki yang butuh bahan masakan dari Indonesia. Sebab, bahan yang saya bawa ini tidak ditemukan di Berlin,’’ jelasnya.
Pernyataan Agus tersebut dibenarkan Lusi. Lusi yang membangun bisnis bersama sang suami pernah mendapat pertanyaan dari konsumen soal cita rasa daun salam dan kunyit pada masakan-masakannya.
Ceritanya, suatu saat, stok daun salam dan kunyit menipis. Mau tidak mau, Lusi meminta Agus sebagai koki untuk menghemat bumbu sebaik-baiknya. Hal tersebut otomatis berpengaruh pada rasa makanan. ’’Pelanggan langsung tahu. Mereka pun bertanya, ’Apakah ada yang hilang dari rendang ini?’ Karena sampai sedetail itu, saya tidak berani main-main dengan bumbu ini,’’ tegas Lusi.
Daun salam dan kunyit, menurut dia, sangat jarang ditemukan di grosir bumbu Asia di Berlin. Melihat pentingnya bumbu itu, Lusi yang juga bertanggung jawab untuk memastikan stok bumbu aman membeli empat freezer besar berukuran 2 x 2 meter. Dengan dimasukkan dalam freezer, bumbu-bumbu akan bertahan lebih lama.
Namun, ada pula bahan yang harus habis setelah dibeli. Petai, misalnya. Perempuan asal Medan itu menyatakan, biji petai hanya bisa bertahan 2–3 hari setelah dikupas, lalu dimasukkan freezer. Untuk kebutuhan bumbu dan bahan dalam sebulan, Lusi menuturkan, bujet belanja Rp 100 juta–Rp 150 juta. Daging sapi, ikan mujair, dan ayam menempati tiga bahan teratas yang harus dibeli.
Untuk bahan-bahan tersebut, Lusi bisa membelinya di grosir perbelanjaan Asia di Berlin. Harga daging sapi 7–8 euro per kilogram, ayam 8–10 euro per ekor, dan mujair 5–6 euro per kilogram.
’’Sebulan, konsumsi ayam bisa sampai 450 kilogram. Kalau daging sapi, sampai 300 kilogram. Lantas, mujair 250–300 ekor,’’ jelas Lusi mengenai kebutuhan bahan restorannya dalam sebulan.
Aspek lain yang membuat Lusi sepakat membawa bumbu dari tanah air adalah penghematan. Harga sebotol kecap 295 mililiter di Berlin mencapai 7 euro (1 euro sekitar Rp 14.973). Bandingkan dengan di Indonesia yang hanya sekitar Rp 7.300 per botol.