Kisah Laura Lazarus, Mantan Pramugari Lion Air
Tapi, jiwa petarungnya muncul. Sebagai tulang punggung keluarga, dia melakukan segalanya. Berjualan makanan hingga kosmetik pun dia lakoni. Semua yang ada diupayakan.
Di sela-sela masa pencarian itulah, terlintas dalam benak Laura keinginan untuk memulai aktivitas baru: menulis. Dengan kemampuan seadanya, dia nekat menulis. Kisahnya yang selamat dari peristiwa mengerikan dia goreskan kalimat per kalimat. Tak disangka, satu buku berhasil dirampungkan dan terbit pada 2008.
Yang lebih mengejutkan, buku berjudul Unbroken Wings itu mendapat tanggapan positif. Banyak orang yang memburunya. Kisahnya dibaca banyak khalayak. Terlebih mereka yang tengah mencari inspirasi atau jalan keluar atas persoalan yang dialami. Pundi-pundi rupiah mulai masuk ke kantongnya.
Seiring berjalannya waktu, beberapa pembaca mulai memberikan respons balik. Rata-rata melalui surat. Di antara sekian banyak tanggapan, ada satu yang paling menyayat hatinya. Saat ada pembaca yang mengaku batal bunuh diri setelah membaca kisahnya. ”Saya merasa dari buku ini saya bisa memberikan kesempatan ke banyak orang di luar sana,” imbuhnya.
Tak pelak, upayanya untuk berbagi semangat semakin kuat. Laura mulai sering mengisi forum. Keberhasilannya bangkit dari kondisi mengenaskan dirasa cocok untuk membangkitkan antusiasme.
Forum kecil di sekolah-sekolah hingga perusahaan memintanya berbagi kunci kebangkitan. Menjadi motivator. ”Mereka harapkan kasih semangat. Ingin orang di sekeliling saya bisa belajar dari saya,” kata dia.
Pada 2013 cobaan sempat kembali menggelayutinya. Kaki kanan hasil operasi mengalami keretakan. Diduga, kaki tersebut tidak bisa menopang tubuhnya.
Sadar kebutuhan untuk menjaga kondisinya tidak mudah, Laura mulai memikirkan cara lain meraih materi. Sebab, tidak mungkin meminta pengobatan kembali ke Lion Air.