Kisah Mbah Mijan (2/habis), Dari Peristiwa Tangan Besar Hitam hingga Buka Praktek
Namun saat itu Mijan masih belum bertindak. "Saya masih ragu, apakah ini panggilan saya untuk berbuat, menolong orang kesakitan," kenang Mbah Mijan, dalam sebuah obrolan ringan di kawasan Permata Hijau, beberapa hari lalu.
Dua hari berlalu, Pak Parmin masih berteriak-teriak selepas magrib.
Di hari ketiga...
Usai salat magrib, lagi-lagi Mijan mendengar Pak Parmin berteriak-teriak. Kali ini, Mijan bertindak. Dia kunjungi kediaman tetangganya itu.
"Saya lihat dari jendela, di dalam...Pak Parmin berteriak dan di kaki kanannya ada tangan besar hitam sedang memegang dan menarik beliau. Hanya tangan, tanpa tubuh," tutur Mbah Mijan.
Mijan kaget, spontan dia langsung masuk ke rumah Pak Parmin. Dia berusaha melepaskan cengkeraman tangan tanpa tubuh lainnya itu dari kaki Pak Parmin.
Sementara, tetangga dan warga sekitar sudah mulai ramai di luar. Mereka berpandangan lain. Para tetangga dan warga menganggap Mijan justru sedang berniat tak baik di kediaman Pak Parmin.
"Di saat mereka hendak menarik saya keluar, saya berhasil melepas cengkeraman tangan dari kaki Pak Parmin. Memang cuma saya yang tahu. Namun Pak Parmin langsung berhenti teriak, dan langsung tertidur," ujar Mbah Mijan.