Kisah Mengharukan, Pak Tua Terpaksa Mendatangi Setiap Rumah
jpnn.com - Kemiskinan belum enyah dari wajah Kota Mataram. Kota sedang yang sedang mekar-mekanya.
Investasi tumbuh pesat. Mal-mal dan pusat perbelanjaan menjamur. Tapi mereka yang tidak punya modal pendidikan dan skill, hidup sebagai kaum miskin dengan segala kesusahannya. Seperti Amaq Jamirah.
SIRTUPILLAILI, Mataram
Uang Rp 1 juta di tangan tidak membuat Amaq Jamirah tenang. Padahal recehan itu dikumpulkannya selama berbulan-bulan, sebagian ngutang di tetangga.
Tapi belum cukup untuk membeli seragam sekolah anaknya. Jika dipakai, mestinya bisa untuk makan-makan, membeli opor ayam dan ketupat saat lebaran nanti.
Tapi tidak. Amaq Jamirah tidak berani menyentuh uang itu sepeserpun. Sekali pakai, akan habis semua simpanannya.
Tidak akan ada lagi uang untuk biaya sekolah tiga orang anaknya. Disimpannya baik-baik uang itu, takut habis di tengah jalan. Ia tahan godaan membelanjakan untuk keperluan dapur. Ia hanya ingin menggunakannya untuk sekolah anak-anak.
Tapi belum cukup, butuh satu juta lagi. Kalau tidak, M Masrah, anak pertamnya terancam tidak bisa melanjutkan pendidikan ke SMP. Sekarang ia sedang bingung dimana harus mendapatkan uang tambahan.