Kisah Mengharukan Pengabdian Dua Bidan PTT
“Hari ini, mereka masih menjadikan dukun sebagai prioritas utama dalam mendapatkan layananan kesehatan. Bahkan kami sering "tidak dianggap".Profesi kami kerap dilecehkan dan dibanding-bandingkan dengan dukun beranak. Warga menganggap dukun beranak lebih hebat dibandingkan bidan desa,” ucapnya.
Dea kembali melanjutkan ceritanya. Saat memberikan pelayanan kesehatan ke pasiennya, ia kerap terjatuh dari sepeda motor.
Sebab, untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan, ia harus melewati jalan yang rusak parah.
"Saya hanya ingin masyarakat hidup dengan derajat kesehatan yang baik,” ucapnya.
Sebutnya, saat berurusan ke ibukota Kabupaten Dharmasraya, ia harus menempuh perjalanan sekitar 3,5 jam dengan sepeda motor dengan kondisi jalan yang berlobang-lobang, naik turun dan jalan yang masih tanah.
"Mau diapakan lagi itulah risiko profesi, semuanya harus dilalui," ucap Dea. (***/sam/jpnn)