Kisah Para TKI Ilegal di Arab Saudi yang Sengaja Menelantarkan Diri agar Dideportasi
Hidup Tak Pernah Kekurangan, Selalu Siap Uang SogokanSelasa, 15 Februari 2011 – 08:02 WIB
Iis bukan kali pertama ini dideportasi dari Arab Saudi. Anak pertamanya yang bernama Nutfah, 10, juga merupakan Indo-Arab. Namun, bocah cantik itu lahir di Indonesia. Iis mengaku bersuami orang Syria dan pulang untuk menjenguk sanak saudara. Lalu, mengapa ikut rombongan pemulangan yang sebenarnya dikhususkan bagi para WNI yang telantar? "Sebab, saya juga sudah tidak punya biaya. Beli tiga tiket pulang ke Indonesia, kan mahal," katanya.
Berdasar pengamatan Jawa Pos, di antara total 303 WNI yang dipulangkan dengan angkutan pesawat gratis tersebut, 129 orang bukan TKI resmi. Mereka berangkat dengan paspor umrah, lantas bekerja dan tinggal di Arab Saudi bertahun-tahun. Mereka mendapatkan gaji dua kali lipat lebih tinggi daripada buruh migran resmi. Sebab, dengan mendatangkan TKI ilegal itu, majikan tidak perlu membayar mahal kepada agen penyedia jasa TKI di sana.
Munih, TKI asal Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), adalah salah seorang TKI bermodal nekat atau yang disebut TKI bonek itu. Selama ini, dia digaji 1.200 riyal. Sementara itu, TKI biasa digaji 600 riyal. Munih berangkat pada 2004 dan telah mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk membeli sebidang tanah dan rumah di kampung halaman. Dia mengakui, bekerja sebagai TKI seperti yang dilakukannya penuh risiko. Selain rentan berurusan dengan hukum, dia tidak mendapat jaminan keamanan jika ternyata diculik atau diperkosa majikan.