Kisah Penjual Nasi Bungkus Jadi Dokter
Begitu pengumuman PMDK muncul, nama Iva ternyata tercantum sebagai calon mahasiswa FKG Universitas Jember angkatan tahun 2010.
“Alhamdulillah, puji syukur saya diterima. Ibu sempat tidak percaya jika akhirnya citacita saya kuliah di kedokteran kesampaian, malah gratis. Begitu pula saudara dan tetangga yang heran, apa benar saya bakal kuliah gratis? Maklum tahun 2010 adalah tahun pertama pelaksanaan Program Beasiswa Bidikmisi, jadi be lum banyak yang tahu. Ibu bahkan sempat pinjam uang, khawatir jika ternyata nantinya saya harus bayar saat daftar ulang. Setelah tahu jika saya benar-benar kuliah dengan gratis, Ibu menangis saking bahagianya,” kenang gadis berjilbab ini.
Perjuangan Iva bukan berarti lantas berhenti. Sadar tidak berkelimpahan harta, sambil kuliah Iva memutuskan untuk mencari tambahan uang saku.
Mulai dari berjualan gorengan, nasi bungkus hingga pulsa dilakoninya. Iva pun tidak pernah malu untuk menawarkan barang dagangan kepada teman-teman di kampusnya.
“Uang saku dari Beasiswa Bidikmisi itu kan cairnya tidak pasti, jadi daripada saya menunggu, saya jualan saja. Untungnya bisa buat kebutuhan sehari-hari. Pagi setelah salat subuh saya mulai masak gorengan atau nasi bungkus kemudian saya bawa ke kampus. Alhamdulillah selalu habis,” ujarnya.
Selain sibuk mengikuti perkuliahan dan praktik, Iva juga menempa diri dengan aktif dalam banyak kegiatan.
Salah satunya dengan bergabung dengan UKM Paduan Suara Universitas Jember. Berkecimpung dalam UKM Paduan Suara membawa Iva mengunjungi Korea Selatan dan Thailand guna berlaga di lomba paduan suara tingkat inter nasional.
Tidak sekadar jadi anggota, Iva dipercaya menjadi Ketua UKM Paduan Suara tahun 2014 lalu.