Kisah Perempuan Bertahan Hidup dengan Satu Paru-paru
KISAH Ulwiyah Unijah Hasbullah, penderita penyakit multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) yang berhasil sembuh total setelah menjalani terapi panjang, layak menjadi inspirasi. Bahkan, dia sampai diundang dalam forum peringatan Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia di Amerika Serikat pekan lalu.
-------------
Laporan M. Hilmi Setiawan, Jakarta
------------
KETIKA ditemui di kediamannya di kawasan Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat, Sabtu siang (28/3), rasa capek terlihat masih terpancar dari wajah Ulwiyah. Maklum, pada pukul 05.00 dia baru saja mendarat dari perjalanan panjang Washington–Jakarta.
Perempuan yang akrab disapa Ully itu menjadi anggota delegasi Indonesia dalam forum Hari TB Sedunia di Washington, Amerika Serikat (AS), 24 Maret lalu. Ully adalah satu di antara tiga survivor MDR-TB yang diundang pemerintah AS dan bercerita di depan Kongres AS.
Selain Ully, dua survivor lain masing-masing berasal dari Afrika Selatan (Afsel) dan dari Tajikistan. ”Survivor perempuan dari Afsel itu berprofesi sebagai perawat medis. Sedangkan yang dari Tajikistan laki-laki,” kata Ully memulai cerita di teras rumahnya yang adem.
Dalam forum peringatan Hari TB Sedunia tersebut, Ully diminta bertestimoni awal mula dirinya terjangkit TB hingga divonis menderita MDR-TB serta perjuangannya bertahan hidup dengan satu paru-paru. Seperti diketahui, MDR-TB adalah stadium lanjut dari TB biasa.
Sesuai dengan namanya, kuman MDR-TB telah berevolusi sehingga kebal terhadap obat-obatan penyakit TB. Sehingga penderita MDR-TB harus menjalani perawatan lebih intensif dengan penggunaan jenis obat lebih banyak.
Perempuan kelahiran Jakarta, 9 Maret 1987, itu menjelaskan, dirinya dideteksi menderita TB ketika masih berusia sepuluh tahun. Waktu terdeteksi, penyakit TB-nya sudah cukup parah. Indikasinya kala itu, Ully sempat batuk berdarah.
Namun, anak kedelapan di antara sembilan bersaudara tersebut belum mengetahui penyebab dirinya terkena TB. Dia hanya mengakui bahwa ibunya memang sempat memiliki riwayat TB. Tetapi sudah dinyatakan sembuh jauh hari sebelum Ully dilahirkan. ”Jadi, sepertinya bukan karena keturunan atau faktor keluarga,” kata istri Yohan itu.
Sebagai penderita TB, Ully menjalani perawatan intensif agar tidak makin parah. Meski begitu, dalam perjalanannya, penyakit tersebut timbul tenggelam. Kadang ”sembuh”, kadang kambuh. Seperti yang terjadi saat dia duduk di bangku SMA di Cirebon, Jawa Barat, pada 2006. TB-nya kumat dan parah. Tapi kemudian bisa ”disembuhkan”.