Kisah Perjuangan Manggala Agni I: Tak Lelah Mendinginkan Bara Api di Bawah Kaki
Lokasi yang sulit dan tak bisa diakses kendaraan, memaksa tim Manggala Agni harus membawa seluruh peralatan dengan berjalan kaki.
Untuk mengakali stok air yang sangat terbatas, dibuatlah embung-embung air di lokasi terbakar. Luasnya sekitar 4x2 meter, dengan kedalaman lebih kurang 8 meter.
Dari embung inilah selang dipasang, dan kemudian ditarik manual untuk memadamkan jilatan api dari jarak paling terdekat. Mereka harus sangat berhati-hati, karena yang diinjak terkadang adalah api.
BACA JUGA : Gubernur Baru Riau Disambut Api Karhutla di Tiga Kabupaten
Tim juga harus memerhatikan arah angin, karena asap yang menyelimuti lokasi membuat jarak pandang begitu terbatas. Terkadang angin bisa saja membuat jilatan api berputar mengelilingi mereka.
''Kalau lahan sudah terbakar begini, tak ada yang berani mengaku milik siapa. Pokoknya kalau sudah terbakar, jadi milik kami untuk segera dipadamkan,'' kata anggota Manggala Agni, Yanweli, dengan suara yang mulai parau.
Maklum jika suaranya mulai parau, Yanweli dan teman-temannya sudah bekerja memadamkan karhutla sejak awal Januari, jauh sebelum Provinsi Riau menetapkan status siaga darurat.
Mereka menjadi garda terdepan tiap dilaporkan terjadi kebakaran, yang mayoritas terjadi di lahan milik masyarakat.