Kisah Pusparini Si Tukang Sapu Kaya Hati
Karena jika dihitung secara matematis, menurutnya tidak pernah ada orang yang merasa puas dengan apa yang didapatkan.
Pasti ada saja kekurangan. Terlebih, selain untuk kebutuhan makan dan kebutuhan hidup sehari-hari, ia harus membiayai dua anaknya yang duduk di bangku SMP dan SD.
Meski ia dan suaminya mendapatkan penghasilan bulanan, tetapi itu tidak seberapa jika dibandingkan pengeluaran mereka.
Dia bertekad ingin naik kelas. Mungkin tidak secara ekonomi, tetapi secara mental.
Pusparini merasa sudah saatnya ia berjuang keluar dari garis kemiskinan yang hanya mengharapkan bantuan.
Ia tak mau terus-terusan mendoakan dirinya sebagai keluarga yang kurang mampu.
“Jujur, sebenarnya saya senang sekali dibantu. Kadang mikir juga, sayang kalau keluar dari program ini. Cuma kalau tetap bertahan sebagai penerima PKH, berarti kita bilang diri kita enggak mampu. Ini kan mendoakan diri sendiri,” ucapnya.
Pusparini tak berharap jadi orang kaya. “Yang penting berkecukupan,” sambungnya.