Kisah Suami yang Sering Pusing, Minum Obat Penguat Tapi Istri Terlambat Datang
jpnn.com - MEMILIH jadi wanita karir dan berjauh-jauh dari suami sungguh berat. Tapi Karin, 40 (nama samaran) memilih jalan tersebut. Dia juga tetap bertanggung jawab sebagai seorang istri. Caranya, dengan selalu menyempatkan pulang-pergi Solo-Surabaya setiap akhir pekan.
Sementara si suami sebut Donjuan, 44, selalu setia menunggu kehadiran istri tercinta supaya bisa ‘setor’ tiap minggu.
JAUH dari suami sungguh tidak enak. Seperti yang dirasakan Karin. Wanita karir di salah satu instansi pemerintahan di Surabaya ini termasuk golongan jablay alias jarang dibelai. Ingin disayang suami, nunggu libur. Ingin bobok berdua, nunggu libur. Bahkan ingin sekadar dicium suami, juga harus nunggu libur.
Maklum, Karin baru bisa bertemu suaminya yang menetap di Solo pada akhir pekan saat libur kerja. Itu pun tidak lama. Minggu malam, dia harus sudah balik ke Surabaya untuk kembali bekerja. Namun, Karin tak bisa berbuat apa-apa.
Sebab suaminya, Donjuan, tidak mau hijrah ke Surabaya demi mempertahankan bisnis tekstilnya di Kota Batik. Padahal, bisnis yang turun temurun dari keluarga besar Donjuan itu acapkali merugi.
Sebagai pebisnis, Donjuan termasuk kaku. Dia tidak mau mengutangkan produknya ataupun menggunakan teknik pemasaran modern baik secara online maupun lewat media sosial dan lainnya.
Sebagai pebisnis tekstil yang harus mengikuti perkembangan fashion, Donjuan juga termasuk old style. Bisnisnya kian habis karena kini sudah banyak pebisnis muda yang lebih kreatif dalam memasarkan produk dan memadupadankan produk tekstil.
“Tahun 2007 dulu sebelum batik booming, saya sudah minta dia buka toko di Surabaya. Tapi, dia bela-belain hidup di Solo yang jelas-jelas tidak ada masa depannya,” ketus Karin di sela sidang gugatan cerainya di Pengadilan Agama Surabaya, Jalan Ketintang Madya, Senin (9/11).