Kisah Sukses Seniman Visual Effects Indonesia Berkarya di Australia Sampai Menembus Hollywood
"Di industri VFX Indonesia banyak yang lembur-lembur sampai jam 3 pagi [tanpa dibayar]," katanya.
Aryo kemudian berusaha mencari lowongan kerja sebagai 'freelance' di perusahaan asal luar negeri dan sejauh ini ia sudah dipekerjakan perusahaan Amerika Serikat dan Kanada.
Perbedaan waktu memang jadi tantangannya, tapi Aryo mengaku tertarik dengan tawaran gaji yang lebih besar, serta keseimbangan antara waktu kerja dan istirahat, atau 'work-life balance', yang lebih baik.
Menurut Aryo, gaji di perusahaan asing "tidak bisa dibandingkan" dengan di Indonesia karena mereka bisa membayar pemula 10 kali lipat lebih tinggi.
"Attitude [perilaku] orang luar lebih apresiatif, ibaratnya saya sama superior saya, biar pun dia lebih tinggi jabatannya tapi saya tetap merasa dia bagian dari tim, bukan kasarnya kayak majikan," katanya.
"Kita diapresiasi sebagai seniman, bukan mesin perusahaan. Soal lembur itu pilihan dan kalau ambil, nanti akan dibayar."
Aryo mengatakan mungkin tidak semua perusahaan di luar punya budaya kerja yang sama, tapi dari pengalamannya bekerja untuk perusahaan Indonesia dan Kanada "lumayan berbeda jauh".
Menurut Aryo, animator asal Indonesia sudah terbukti tidak kalah hebat.