Kisah Warga Palembang Bertahan Hidup di Qatar Usai Boikot 6 Negara
jpnn.com, DOHA - Salah satu keluarga asal Palembang, Sumatera Selatan bertahan hidup di Qatar, sebuah emirat di Timur Tengah yang kini diboikot enam negara; Arab Saudi, Bahrain, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), Yaman dan Libya. Bagaimana kisah mereka?
Andre, Martha - Sumatera Ekspres
Qatar merupakan sebuah emirat di Timur Tengah. Terletak di sebuah semenanjung kecil di Jazirah Arab. Luasnya hanya 11.571 km2, dengan populasi penduduk 2,5 juta orang yang 1,6 juta di antaranya pekerja asing.
Bagian selatan berbatasan langsung Arab Saudi, sisanya dibatasi Teluk Persia. Qatar yang merupakan negara terkaya di dunia (pendapatan per kapita 129.000 dolar AS), ber ibu kota Doha.
Belakangan, hubungan Qatar dengan negara tetangga makin panas menyusul sikap negara tuan rumah Piala Dunia 2022 itu yang dianggap ekstrem, termasuk dituding memasok kebutuhan terorisme. Itu tadi. Enam negara sudah mengambil sikap, memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Nah, di antara 1,6 juta pekerja asing di Qatar, terdapat lah keluarga asal Palembang. Sumatera Ekspres berhasil berkomunikasi dengan mereka, Selasa (6/6). Mereka tinggal di Kota Al-Wakrah, pesisir Teluk Persia. Sekitar 21 km sebelah tenggara Doha. Yakni keluarga Abror-Novi, dengan tiga orang anaknya, Naura, Falaah dan Queensha.
Sebelumnya, Abror bekerja di PT Pupuk Sriwidjaya. Dua tahun terakhir, dia dan keluarga hijrah ke Qatar. Pindah bekerja di perusahaan pupuk kimia (urea dan ammonia), Qatar Fertilizer Company, SAQ (QAFCO). “Banyak kok orang Palembang atau Sumsel yang tinggal di sini. Kalau arisan saja, ada sekitar 70 kepala keluarga (KK, red),” ujar Abror, sebelumnya tinggal di Kecamatan Sako, Palembang.
Itu baru yang asal Sumsel di Kota Al-Wakrah. Belum warga Negara Indonesia (WNI) lain di kota lainnya di Qatar. Mayoritas memang bekerja, bukan menempuh pendidikan. “Macam-macam kerjanya, ada accounting, bank, diplomat, proyek, tapi yang paling banyak memang di industrial. Seperti pupuk, minyak, gas, dan lainnya,” terangnya.
Terkait warga yang panic buying membeli sembako, Abror mengaku mendengarnya. Tapi sejauh ini, menurutnya masih normal dan aman-aman saja. “Sembako masih aman, di sini harga diawasi Negara. Kalau yang warga asing disuruh keluar dari Qatar, mungkin yang dari enam Negara saja. Kalau WNI, tidak ada masalah,” sebutnya.