Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kisah Warga Palembang Bertahan Hidup di Qatar Usai Boikot 6 Negara

Rabu, 07 Juni 2017 – 10:17 WIB
Kisah Warga Palembang Bertahan Hidup di Qatar Usai Boikot 6 Negara - JPNN.COM
Al Wakrah City. Foto: qa.worldmapz.com

Banyak yang menilai situasi di Qatar bakal semakin tak jelas setelah diboikot enam negara. Penerbangan dari dan ke Qatar dengan enam negara tadi kabarnya sudah mulai dihentikan hari ini. Jalur laut dan darat juga ditutup. Sementara sekitar 40 persen bahan pangan di Qatar, diimpor dari Saudi.

Sembako yang masih aman-aman saja, juga ditegaskan istri Abror, Novi. Alumni SMAN 6 Palembang itu, menyebut tidak ikut memborong sembako. Karena di sekitar tempat tinggalnya, ketersediaan bahan pangan di supermarket dan toko masih aman. “Ini barusan belanja telor sama ayam,” ujarnya.

Soal harga masih wajar dan terjangkau. Kurs mata uang kemarin (6/6), 1 Qatar Riyal (QAR), sama dengan Rp3.654. Kata Novi, jadi dia lebih sering belanja dan masak sendiri. “Apalagi bulan puasa ini, pempek sama tekwan tidak pernah absen. Buat pake ikan tenggiri, banyak di sini,” tuturnya.

Mengenai kekhawatiran sembako terputus, kata Novi hanya mereka ketahui lewat internet. Tidak tahu pastinya detailnya. Tapi mereka masih santai saja, melihat perkembangan ke depan. “Mudah-mudahan cepat selesai masalah ini. Apalagi sesama Negara muslim,” harapnya.

Untuk komunikasi sesama warga Palembang, Novi menyebut mereka membuat Komunitas Palembang Qatar (Kompaq). Kehidupan bermasyarakat dan aktivitas, juga masih normal saja. Kedua anaknya, Naura dan Falaah tetap bersekolah di Cambridge School. Naura duduk di kelas 6, sedangkan Falaah kelas 2. Si bungsu, Queensha masih balita.

“Anak-anak gak ada libur sampai 21 Juni. Insyaallah 22 Juni, kami balek ke Palembang. Nak lebaran samo uwong tuo,” ungkap Novi, yang rumah orang tuanya di Kompleks Pusri Sako, Jl Putak 2, Palembang.

Di Al-Wakrah, mereka tinggal di apartemen yang dibiayai oleh perusahan tempat suaminya bekerja. Anak-anaknya betah tinggal di sana, karena bangunan-bangunan di Qatar unik dan bagus-bagus. “So far, masih nyaman tinggal di sini. Apalagi masjidnya di mana-mana, dengan fasilitas outstanding. Anak-anak jadi betah,” kata dia.

Makanan lokal, mau tak mau harus dijajal. Novi menambahkan, makanan khas yang disukai anaknya, ayam bakar yang bumbunya khas, dan makanan dari Antakiya Turki. “Kalau keluar Qatar, kami baru main ke Arab Saudi. Sekalian umrah. Bebas, tapi tetap harus pake visa. Ada rencana ingin main ke Dubai,” tutupnya.

Salah satu keluarga asal Palembang, Sumatera Selatan bertahan hidup di Qatar, sebuah emirat di Timur Tengah yang kini diboikot enam negara; Arab

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close