KLHK: Bambu Penggerak Ekonomi dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
Josef menjelaskan dari sudut budaya bambu berhubungan erat dengan tradisi dan ritual masyarakat. Selain itu, bambu menjadi lambang seorang yang bekerja keras.
Dia menerangkan dengan contoh seorang pemuda yang ingin melamar seorang gadis, harus bisa memotong bambu kering di tengah bambu basah.
Sementara itu, dari segi kebudayaan, bambu juga bisa dijadikan alat musik. Dari sudut ekologis, bambu bisa meningkatkan volume air bawah tanah, konservasi lahan dan perbaikan lingkungan.
Dari sudut ekonomis, bambu bisa dijadikan sebagai bahan bangunan, transportasi, kuliner, alat musik, alat-alat rumah tangga, dan bahkan pengobatan.
“Kebijakan Pengembangan Bambu oleh pemerintah provinsi NTT di antaranya memutuskan bambu sebagai salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Unggulan melalui Keputusan Gubernur No 404/KEP/HK/2018, menjadikan pengembangan bambu sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT, menyiapkan anggaran, serta bekerja sama dengan multistakeholder," tambah Josef.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Yayasan Bambu Lestari Monica Tanuhandaru menyampaikan paparan tentang pengembangan desa bambu dalam mendukung industri bambu terintegrasi.
Dia menjelaskan model desa bambu yang dikembangkan adalah model agroforestri dengan memilih lokasi yang sudah memiliki bambu, lokasi yang bersebelahan dengan desa bambu atau lokasi yang baru mulai menanam dan sama sekali belum memiliki bambu.
“Proses yang paling penting adalah membuat peta jalan, bagaimana mencapai target 1000 desa bambu dan bagaimana menggerakan dana publik, baik dana Kementerian/sektoral, dana pemerintah daerah bahkan pemerintah desa. Kalau sudah menjadi program strategis dan mainstream, desa dapat mengalokasikan dana dengan memperkuat fasilitator desa melalui pengetahuan bambu, memasukan bambu dalam perencanaan desa, serta memasukan bambu sebagai bagian dari tugas mereka dengan ikut menanam dan memelihara bambu,” ujar Monica.