KLHK dan Mitra Berhasil Identifikasi Individu Baru Harimau Sumatera
"Kalau tidak ada kemampuan, foto ya cuma foto saja tidak ada hasil analisis, tapi dengan adanya SDM yang bisa mengidentifikasi Individu harimau akhirnya bisa disimpulkan ini individu yang baru," jelas Pratono.
Berdasarkan data hasil monitoring, pada tahun 2016 tingkat kepadatan populasi harimau adalah 1,2 per individu pada 100 km persegi. Data terbaru pada tahun 2018, kepadatannya meningkat 1,4 per km persegi.
Pratono menerangkan bahwa monitoring sangat penting dilakukan, karena akan diketahui tren populasi harimau sumatera.
"Dari hasil monitoring itu akan diketahui, kalau misalnya naik berarti aman, namun naik juga belum tentu baik, tergantung dari carrying capacity dari habitatnya. Begitu juga dengan penurunan, sehingga kita tau tindakan2 seperti apa yang harus kita lakukan," terang Pratono.
Monitoring yang dilakukan bukan hanya untuk melihat satwa harimau tapi juga melihat kondisi satwa mangsanya dan habitatnya.
Selain itu, termasuk juga tanda-tanda perburuan dan aktivitas yang lain akan diketahui dari hasil monitoring sehingga pengambilan keputusan untuk konservasi harimau itu akan lebih terarah dan fokus.
Pada peringatan Hari Bakti Rimbawan bulan Maret lalu, ketiga individu harimau tersebut diberi nama oleh Gubernur Jambi.
Ketiganya diberi nama khas daerah Jambi yaitu Bujang, Kulup dan Supik. Bujang dan Kulup merupakan harimau sumatera jantan, sedangkan Supik berjenis kelamin betina. Saat ini, diperkirakan harimau sumatera di alam liar berjumlah sekitar 600 ekor.(adv/jpnn)