Koalisi Parpol Terubuk dan Puyu-Puyu
Sabtu, 21 Maret 2009 – 06:08 WIB
Tatkala membaca sebuah esei tentang “Syair Ikan Terubuk dan Puyu-puyu” goresan pena Gijs Koster, seorang dosen UI Jakarta, saya membayangkan sang Terubuk yang rindu dendam. Saya menemukannya dalam sebuah kumpulan esei bertajuk “Kandil Akal Budi Pelantar Budi” dan ditulis berbagai pengamat asing dan Indonesia (470 halaman, Yayasan Kata dan Masyarakat Pernaskahan Nusantara Riau, 2001).
Diceritakan dalam bahasa Melayu (lama), Pangeran Ikan Terubuk hidup di Selat Melaka, tapi saya nukilkan lagi dalam bahasa kita di zaman ini. Pangeran rupanya sangat mendambakan dapat menyunting Puteri Puyu-puyu yang bertahta di sebuah kolam dekat Tanjung Pandan. Ia ajak para menterinya menyusun strategi, dan jika gagal, putus tekad ia memencilkan diri ke Srilanka.