Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408
"Operasi di sana, mereka ingin kemerdekaan. Pada saat berangkat, saya sebagai komandan peleton," kata Zainal, ditemui seusai Upacara HUT ke-79 RI di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Kota Semarang, Sabtu (17/8).
Selanjutnya pada 1984, Zainal diterjunkan melaksanakan operasi di Timor Timur kembali.
Saat itu, dia menjabat sebagai perwira operasi dari Bataliyon 408 Kodam IV Diponegoro.
Ketiga kalinya, teman seangkatan eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso ini menerima tugas ke Timor Timur pada 1994 hingga 1995.
"Lalu saya berangkat lagi pada 1999, (saat itu) dilakukan jajak pendapat, sebagai asisten teritorial," katanya.
Kekalahan jajak pendapat itu membuatnya harus meninggalkan Timor Timur.
Provinsi Timor Timur memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), berdiri sendiri menjadi negara baru, setelah melalui proses referendum.
"Kalah jajak pendapat, yang menang Fretilin, di situlah kami tinggalkan Timor Timur, banyak sekali pengorbanan, tetapi itulah politik, kita tak bisa menghindari lagi," ujarnya.