Kombes Audie Latuheru Kenang Saat Terjadi Konflik di Timor Leste: Hari Itu Pembunuhan di Mana-mana
Setelah kembali bertugas, Audie ditempatkan ke Ambon, Maluku, untuk menangani konflik SARA (suku, agama, ras dan antargolongan).
Sepulangnya dari Ambon, Audie ditarik kembali ke Aceh untuk Operasi Cinta Meunasah, yakni pembebasan sandera GAM.
"Sebelum berangkat ke daerah konflik, selalu ada nasehat dari senior. Jangan menyakiti orang, kamu pasti pulang dengan selamat. Semua itu kita ikuti saja sebelum ke medan tempur," ujar Audie.
Pada November 2004, Audie mendapat hadiah untuk bersekolah di PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian), sebelum masa tugas operasi Cinta Meunasah berakhir.
Setelah meninggalkan pasukan untuk bersekolah, dia memerintahkan anak buahnya untuk tidak melakukan penyerangan tanpa seizin komandonya.
"Pada waktu itu ada pembebasan sandera, saya memerintahkan untuk tidak ada penyerangan apapun. Pas ada tsunami, anak buah selamat, karena tidak ada yang ke Banda Aceh," ujar dia.
Audie Latuheru sempat terheran, karena para mahasiswa PTIK disarankan untuk berkuliah di kampus lain. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk mengambil sekolah penerbangan di kawasan Bandara Halim Perdanakusuma.
"Ada yang mengambil kuliah lagi di universitas. Saya pernah kuliah, ngapain kuliah lagi? Jadi saya ambil sekolah penerbangan, ditawarkan relasi saya di komunitas terjun payung," kata Audie.
Awalnya, Audie mengambil lisensi private pilot (PPL) untuk menerbangkan pesawat bermesin tunggal seperti helikopter.