Kombes Audie Latuheru Kenang Saat Terjadi Konflik di Timor Leste: Hari Itu Pembunuhan di Mana-mana
Namun setelah mencapai 80 jam penerbangan PPL, Audie tak cukup merasa puas. Rasa penasaran menggiringnya mengambil lisensi commercial pilot license (CPL) untuk dapat menerbangkan pesawat berpenumpang.
Audie merasa tertantang, pasalnya tak semua pengambil lisensi pesawat komersil bisa mengendarai semua jenis pesawat berpenumpang. Sehingga, diperlukan untuk mengambil "instrument rating" (IR), lisensi atau izin terbang tambahan untuk melengkapi CPL bagi pilot profesional.
Karena kecintaannya dengan dunia aviasi, banyak rekan di sekitar Audie yang memberi dukungan, motivasi, dan mengenalkannya pada sekolah penerbangan pesawat Airbus di Madrid, Spanyol.
Audie belajar di sekolah penerbangan Madrid untuk mendapatkan lisensi atau IR sejumlah tipe pesawat Airbus, sebab tiap jenis pesawat memiliki IR yang berbeda.
"Pernah bawa pesawat Airbus 320 hanya waktu training di Copenhagen. Jam terbang saya, real aircraft, hanya tiga jam, lainnya simulator. Tapi kalau disuruh duduk di kokpit Airbus 320 saya masih fasih," kata dia.
Selama bertugas dan menjabat di Polri, Audie tak lupa melatih diri secara periodik dan memperpanjang lisensi terbang di sekolah penerbangan Global Training Aviation Cengkareng serta latihan dengan simulator di komputer kerjanya.
"Di mana saya ada, saya selalu serius menjalani apa pun," kata dia.
Di antara sejumlah kasus kriminal yang ditangani Audie Latuheru, ada satu yang paling berkesan yakni penculikan mahasiswi UI, Safira Permatasari pada Oktober 2015.