Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kompleks Bengkel Teater Rendra, setelah sang Maestro Tiada

Lanjutkan Hutankan Kota dan Bangun Amphitheatre

Kamis, 20 Agustus 2009 – 06:39 WIB
Kompleks Bengkel Teater Rendra, setelah sang Maestro Tiada - JPNN.COM
Foto: Agung Putu Iskandar/JAWA POS
Pria gondrong itu adalah adik Rendra ke delapan. Mereka sebenarnya sembilan bersaudara. Rendra anak kedua. Kakak Rendra meninggal ketika berusia lima tahun. "Jadi, saya sama Mas Willy (panggilan Rendra, Red) itu sama-sama kedua. Dia anak kedua dari depan, sedangkan saya anak kedua dari belakang," katanya sambil mempersilakan duduk di dipan kayu di depan aula.

Dipan tersebut menghadap dua keran air yang menancap di tembok setinggi dengkul orang dewasa. Di atas tembok, terdapat empat gelas mungil. Keran-keran itu memang menyediakan air layak minum. Para artis atau pengunjung makam bisa langsung memutar keran dan menenggak airnya. "Air ini diambil dari lapisan air murni di bawah tanah. Dibor kemudian dipompa ke permukaan," jelas Dibyo. "Dulu dibor pake bor khusus penambangan milik Setiawan Djody," lanjutnya. Setiawan Djodi adalah pengusaha tanker minyak yang juga pemusik teman karib Rendra.

Meski sederhana, kompleks Bengkel Teater milik Rendra itu punya fasilitas memadai. Bisa disebut sebagai "desa mandiri". Ada sumber air sendiri, ada peternakan (ayam, ikan, dan kambing), juga lahan persawahan.

Selain itu, ada rumah pribadi Rendra yang biasa disebut Rumah Lampung. Ada guest house, juga aula. Beberapa toilet yang bersih dan modern dibangun di pinggir jalan setapak yang membelah kompleks. Suasananya adem. Pohon-pohon rimbun dan besar mendominasi ruang-ruang kosong di lahan seluas tiga hektare itu.

Peninggalan monumental Wahyu Sulaiman Rendra, kompleks Bengkel Teater, tidak akan merana meski sang Maestro telah berpulang. Keluarga dan aktivis

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close