Kompleks Bengkel Teater Rendra, setelah sang Maestro Tiada
Lanjutkan Hutankan Kota dan Bangun AmphitheatreKamis, 20 Agustus 2009 – 06:39 WIB
Dipan tersebut menghadap dua keran air yang menancap di tembok setinggi dengkul orang dewasa. Di atas tembok, terdapat empat gelas mungil. Keran-keran itu memang menyediakan air layak minum. Para artis atau pengunjung makam bisa langsung memutar keran dan menenggak airnya. "Air ini diambil dari lapisan air murni di bawah tanah. Dibor kemudian dipompa ke permukaan," jelas Dibyo. "Dulu dibor pake bor khusus penambangan milik Setiawan Djody," lanjutnya. Setiawan Djodi adalah pengusaha tanker minyak yang juga pemusik teman karib Rendra.
Meski sederhana, kompleks Bengkel Teater milik Rendra itu punya fasilitas memadai. Bisa disebut sebagai "desa mandiri". Ada sumber air sendiri, ada peternakan (ayam, ikan, dan kambing), juga lahan persawahan.
Selain itu, ada rumah pribadi Rendra yang biasa disebut Rumah Lampung. Ada guest house, juga aula. Beberapa toilet yang bersih dan modern dibangun di pinggir jalan setapak yang membelah kompleks. Suasananya adem. Pohon-pohon rimbun dan besar mendominasi ruang-ruang kosong di lahan seluas tiga hektare itu.