Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Komunikasi Kematian

Oleh: Khafidlul Ulum

Minggu, 08 Agustus 2021 – 16:08 WIB
Komunikasi Kematian - JPNN.COM
Wartawan & Alumnus Magister Komunikasi FISIP UMJ Khafidlul Ulum. Foto: Dokumentasi pribadi

Teman saya yang “pemberani” keluar dari IGD, kemudian memapah yang sakit masuk rumah sakit. Malam itu, mereka akan mencari rumah sakit yang bisa merawat inap teman saya yang sakit.

Saya melihat orang yang sakit terus berdatangan ke rumah sakit. Kondisinya hampir sama, semuanya sudah lemas dan membawa alat bantu pernapasan.

Ada yang diterima masuk IGD, tetapi lebih banyak yang batal masuk rumah sakit. Ada mobil yang penuh dengan penumpang.

Salah seorang dari mereka terlihat berbaring lemas dengan alat bantu pernapasan. Wajah mereka diliputi kecemasan. Dengan perasaan sedih, mereka terpaksa meninggalkan rumah sakit.

Keesokan paginya, saya mengirim pesan kepada istri teman yang sakit. Saya menanyakan kabarnya. Saya bersyukur, karena dia sudah mau makan pisang dan telur. Namun, ketika sore hari, kondisi kesehatannya memburuk.

Dia akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Tidak mudah mendapatkan rumah sakit di masa pandemi yang memuncak. Setelah berkeliling ke beberapa rumah sakit, akhirnya ada rumah sakit yang mau menerima.

Dua hari kemudian, teman yang baik hati dan selalu menyenangkan itu meninggalkan kita untuk selamanya.

Setelah kesedihan saya mereda, malam itu saya kemudian membuka handphone (HP), mengecek pesan singkat di grup WhatsApp (WA). Saya makin lemas ketika membaca pesan di grup WA alumni pesantren.

Pesan kematian di masa pandemi mungkin tidak pernah kita rasakan dan dengar sebelumnya. Musim pagebluk akan menjadi sejarah dan akan terus diingat bagi orang-orang yang hidup di zaman itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News