Konflik Berkepanjangan di Unisla Mulai Berdampak pada Kondusivitas Kampus?
jpnn.com, LAMONGAN - Konflik berkepanjangan di Universitas Islam Lamongan (Unisla) mulai berdampak terhadap kondusivitas di kampus terbesar di Lamongan, Jawa Timur tersebut, meski proses pembelajaran civitas akademika disebut masih berjalan normal.
Konflik yang sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu tersebut mulai berdampak pada pembayaran gaji para dosen dan pegawai yang bekerja di kampus tersebut.
Unisla dinaungi oleh Yayasan Pembina Perguruan Tinggi Islam Sunan Giri Lamongan (YPPTI Sunan Giri) Lamongan yang didirikan pada 9 September 1991. Kampus ini memiliki sekitar 6.000 siswa dan 270 dosen.
"Sampai detik ini kami belum menerima gaji. Kawan-kawan teknik dan karyawan di fakultas kami, sampai detik ini belum menerima gaji. Kami berharap para orang tua kami di Unisla bisa rujuk dan rukun kembali," kata Sugeng dari Fakultas Teknik Islam Unisla dalam rilis yang diterima JPNN.com hari ini.
"Dari orang tua wali dan mahasiswa mempertanyakan bagaimana kondisi seperti ini bisa terjadi terus menerus? Terutama mereka yang di semester 8 yang mau lulus pada tahun ini," tambah Sugeng, yang juga merupakan Wakil Dekan Fakultas Teknik Islam.
Ada dua pihak yang bertikai di YPPTI Sunan Giri, yakni Ketua Yayasan Bambang Eko Moeljono, yang menunjuk Abdul Ghofur sebagai Pj Rektor dan Wardoyo, yang mengklaim masih sebagai Ketua Yayasan.
Wardoyo menunjuk mantan perwira polisi Dody Eko Wijayanto sebagai Rektor.
"Pengangkatan Dody Eko Wijayanto sebagai rektor cacat hukum karena tidak sesuai dengan statuta universitas. Itu sebabnya kami cabut," kata Bambang Eko Moeljono dalam keterangan resmi yang diterima JPNN hari ini.