Kongres AS Minta Aktivis OPM Dibebaskan
Panglima TNI: Itu IntervensiSabtu, 09 Agustus 2008 – 08:06 WIB
Semua negara berkembang, lanjut Juwono, memiliki hak yang sama seperti Indonesia tentang tahanan di Guantanamo yang dirasakan cukup berat. ”Kita juga punya hak untuk mempertanyakan HAM pada mereka, karena HAM bukan monopoli negera-negara maju saja, seperti Prancis, Inggris dan AS sendiri, yang sering memojokkan negara berkembang,” ungkapnya.
Terkait isu di Papua, memang diakui Juwono sering dilakukan oleh LSM terutama East Timor Asian Network (ETAN). ”Mungkin mereka kehabisan pasaran terhadap Timtim, yang selama ini diaduk-aduk, kini mereka alihkan pasarannya ke Papua,” katanya.
Oleh sebab itu, Juwono berpendapat, agar surat dari Kongres AS itu ditanggapi dengan tenang dan tidak emosional. ”Kita tidak perlu terlalu keras menanggapinya, tidak usah marah-marah, ya kita jelaskan saja dengan tenang,” katanya.
Di tempat yang sama, panglima TNI Jenderal Djoko Santoso justru menilai surat itu sebagai bentuk intervensi. ”OPM yang mana kita nggak ngerti, masalah di mana, saya tidak tahu. Yang jelas memang surat itu intervensi,” kata Djoko.
Mantan KSAD itu menjelaskan, kekuatan OPM saat ini sangat kecil. Jumlah pasukan dan kekuatan persenjataan yang mereka kuasai pun tidak signifikan. ”Tapi adanya surat tersebut merupakan bukti OPM mempunyai simpatisan aktif di luar negeri. Jaringan mereka tidak putus menjalin lobi politik dengan banyak pihak tertentu dan menyebarkan informasi minus tentang penegakan HAM untuk menjatuhkan Indonesia,” katanya.(tom/rdl)