Kongres Menentang, Normalisasi Hubungan AS dan Kuba Bakal Lama
jpnn.com - WASHINGTON- Pemerintah Amerika Serikat (AS) sudah memastikan akan membuka lagi kedutaan besar mereka di Kuba. Tujuannya satu, menjalin kembali hubungan kedua negara yang putus selama 54 tahun.
Namun, usaha tersebut tidak serta-merta tanpa ganjalan dan semudah membalikkan telapak tangan. Jalan untuk menormalkan kembali hubungan diplomatik kedua negara masih panjang.
Salah satu yang kini masih menjadi ganjalan adalah siapa yang ditunjuk sebagai duta besar AS di Kuba nanti. Obama harus mengajukan nama-nama calon ke legislatif untuk disetujui.
Para staf lainnya juga harus disiapkan. Bukan hanya itu, untuk membuka kedutaan besar, dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Jumlahnya bisa mencapai jutaan dolar AS.
Obama juga harus merayu para legislatif supaya mengurangi atau setidaknya meringankan sanksi pada Havana. Amerika Serikat mulai menjatuhkan sanksi saat Fidel Castro mulai berkuasa pada 1959.
Hubungan kedua negara kian panas saat Castro menasionalisasi seluruh aset AS di Kuba. Pada 1961, Castro kembali membuat AS berang lewat perjanjian perdagangan dengan Uni Soviet. Pada 1962, mantan Presiden AS John F. Kennedy akhirnya resmi menjatuhkan embargo ke Kuba.
Dengan adanya embargo tersebut, perusahaan Negeri Paman Sam tidak boleh melakukan bisnis dengan Kuba. Penduduk AS juga dilarang berkunjung maupun menghabiskan uang sebagai turis di Havana.
Jika aturan itu dilanggar, mereka bisa didenda USD 65 ribu (Rp 868,3 juta). Warga AS yang memiliki keluarga di Kuba juga dibatasi jika ingin mengirimkan uang. Pada masa pemerintahan mantan Presiden George W. Bush, embargo dan sanksi terhadap negara komunis itu kian ketat.